Minggu, 11 Januari 2009

PRIA DAN PEKERJAAN

JANGAN BUKA PELUANG


Written by Nirwan Djulianto
Jun 11, 2008 at 03:04 PM
Ketika kita memiliki cara bekerja yang buruk -tidak setia, tidak taat dan tidak tertib, sesungguhnya kita sedang membuka peluang bagi mereka yang berniat buruk untuk mendakwa dan mendepak kita.
Arief, sebut saja demikian, dipecat dari tempat ia bekerja selama ini, karena pihak perusahaan mendapati ada kesalahan fatal yang ia lakukan, hingga perusahaan dirugikan cukup besar. Ia tidak bisa mengelak dan berkata apa-apa, kecuali menerima sanksi itu dengan pasrah. Bukti sudah di depan mata. Ironisnya, bukannya sadar akan kesalahannya dan bertobat, tetapi Arief justru mulai menduga-duga bahwa ada orang-orang tertentu yang berniat buruk dan ingin mendepak dirinya. Ia lupa soal aturan firman Tuhan, seperti ada tertulis, “Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” (Galatia 6:7-8). Artinya, jika ia telah melakukan kesalahan, maka pasti ia akan menuai akibatnya. Inilah hukum tabur-tuai. Intinya, Arief telah menuai sanksi pemecatan itu, bukan karena ada orang-orang yang berniat buruk dan ingin mendepaknya, tetapi karena ia telah menabur kesalahan dalam bekerja. Karena itu, ia harus menuai apa yang telah ia tabur sendiri.

Kalau pun memang benar ada orang-orang yang berniat buruk dan ingin mendepak dirinya, tentu mereka tidak memiliki peluang dan alasan untuk mendepak dirinya, jika Arief sendiri tidak melakukan kesalahan dalam bekerja. Kesalahan Arief merupakan peluang bagi mereka, untuk mendakwa dan mendepak dirinya. Belajarlah dari Daniel. Ia diangkat oleh Darius, raja Media Persia, menjadi salah satu tiga pejabat tinggi yang membawahi seratus dua puluh waki-wakil raja yang ditempatkan di seluruh kerajaan (Daniel 6:2-3). Tak hanya itu, Alkitab juga mencatat bahwa Daniel ini melebihi para pejabat tinggi dan para wakil raja itu, karena ia mempunyai roh yang luar biasa; dan raja bermaksud untuk menempatkannya atas seluruh kerajaannya (Daniel 6:4). Tentu saja hal ini membuat para pejabat tinggi dan wakil raja itu menjadi tidak senang dan berusaha mencari alasan untuk mendakwa Daniel dalam hal pekerjaannya. Tetapi, seperti tertulis di dalam Alkitab, “… mereka tidak mendapat alasan apapun atau sesuatu kesalahan pada Daniel …” (Daniel 6:5). Mengapa? Karena Daniel setia dan tidak ada didapati sesuatu kelalaian atau sesuatu kesalahan padanya. Kata mereka, “Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!” (Daniel 6:6). Luar biasa! Orang-orang yang berniat buruk dan ingin mendepak Daniel itu tidak mendapatkan sedikitpun alasan untuk mendakwa dia dalam hal pekerjaannya. Daniel memang seorang pekerja sekuler yang takut akan Tuhan, bukan hanya saat ia berdoa dan memuji Allahnya, tetapi di dalam setiap aspek hidupnya, termasuk saat ia bekerja di dalam istana. Bekerja dengan setia! Karena itu, para pejabat tinggi dan wakil raja tersebut mencoba untuk menjebak dan mendakwa Daniel dalam hal ibadahnya, kata mereka: "Kita tidak akan mendapat suatu alasan dakwaan terhadap Daniel ini, kecuali dalam hal ibadahnya kepada Allahnya!" Namun, seperti tercatat di dalam Alkitab, mereka kini tak lagi berhadapan dengan Daniel orang Ibrani, tetapi berhadapan dengan langsung Allahnya Daniel. Allah Pencipta Alam Sementa. Mereka memang berhasil menjebak Daniel dan melemparkan dia ke dalam gua singa, tetapi Allah telah menyelamatkan dirinya dan melemparkan mereka dan keluarga mereka ke dalam gua itu (Daniel 6:17,22-23). Alkitab menulis, "Raja memberi perintah, lalu diambillah orang-orang yang telah menuduh Daniel dan mereka dilemparkan ke dalam gua singa, baik mereka maupun anak-anak dan isteri-isteri mereka. Belum lagi mereka sampai ke dasar gua itu, singa-singa itu telah menerkam mereka, bahkan meremukkan tulang-tulang mereka." (Daniel 6:25). Allah di pihak Daniel! Para pria di dalam Krisus, jika kita selalu bekerja dengan setia dan tidak melakukan pelanggaran dan tidak lalai dalam bekerja, maka siapapun orang yang berusaha untuk mendakwa dan mendepak kita, mereka akan berhadapan langsung dengan Allah. Mengapa? Karena mereka sedang menjamah biji mata Allah, seperti ada tertulis, "Sebab beginilah firman TUHAN semesta alam, yang dalam kemuliaan-Nya telah mengutus aku, mengenai bangsa-bangsa yang telah menjarah kamu -- sebab siapa yang menjamah kamu, berarti menjamah biji mata-Nya --:"Sesungguhnya Aku akan menggerakkan tangan-Ku terhadap mereka, dan mereka akan menjadi jarahan bagi orang-orang yang tadinya takluk kepada mereka. Maka kamu akan mengetahui bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku." (Zakharia 2:8-9). Mereka bukan hanya tidak mendapat alasan untuk mendakwa atau mendepak kita, tetapi mereka juga akan menghadapi penghakiman dari Allah! Karena itu, mari kita bekerja dengan setia, mematuhi peraturan yang ada dan tidak lalai dalam bekerja. Bukan hanya supaya orang tidak mendapat alasan untuk mendakwa dan mendepak kita, tetapi lebih dari itu karena kita tahu bahwa hal tersebut berkenan kepada Allah dan akan membuat orang mempermuliakan Dia karena kita. Alkitab menulis dengan jelas, "Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka." (1 Petrus 2:12). Yah, mungkin ada dari kita yang berkata, "Ini tidak realistis. Bukankah kita masih bisa melakukan kesalahan saat bekerja?" Memang benar, bahwa kita masih bisa melakukan kesalahan saat bekerja, tetapi pastikan hal itu bukan terjadi karena kita tidak bekerja dengan setia atau lalai dalam bekerja. Apalagi, jika kita memang sengaja berbuat salah, misalnya: berbuat curang, melanggar aturan atau yang serupa dengan itu. Ketahuilah, ada garis yang tegas dan jelas, antara 1) kesalahan yang terjadi karena cara kita bekerja yang buruk atau kita sengaja melakukannya atau kelalaian kita dalam bekerja dengan 2) kekeliruan yang masih terjadi meskipun kita telah bekerja dengan setia, sesuai aturan dan dengan tertib. Ketahuilah, bahwa ketidaksetiaan, ketidaktaatan dan kelalaian, bukanlah cara bekerja seorang pria Kristen. Alkitab menulis, "Tetapi engkau hai manusia Allah [man of God, King James Version], jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan, ibadah, kesetiaan, kasih, kesabaran dan kelembutan." (1 Timotius 6:11). Inilah cara hidup dan bekerja para pria-Nya Allah! Akhirnya, ingat, jangan beri peluang bagi siapapun juga untuk mendakwa dan mendepak kita, agar kita tidak kehilangan karir atau pekerjaan yang telah dipercayakan Allah kepada kita. Ketika kita tidak bekerja dengan setia, taat dan tertib, kita bukan hanya akan membuka peluang bagi orang-orang yang berniat buruk kepada kita, tetapi kita juga berhadapan dengan penghakiman Allah. Alkitab menulis, "Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. ... Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang." (Kolose 3:22,25). Tak hanya itu, ketika kita harus menanggung akibat dari sikap atau cara kita bekerja yang buruk, jangan salahkan siapapun -termasuk mereka yang sengaja memanfaatkan peluang itu untuk mendakwa dan mendepak kita, karena sesungguhnya kita sedang menuai apa yang telah kita tabur selama ini. Bertobat dan berubah, itulah yang harus kita lakukan. GBU!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar